KELAPA NAN SEBATANG

Aku pernah baca sebuah cerpen bertajuk seperti yang diatas, mengisahkan seorang tua yang ditinggalkan anak-anaknya dan tetap meneruskan kehidupannya walaupun seorang diri. Kerinduan mengakibatkan dia selalu berfantasi tentang kehidupannya walaupun sedang meniti titian (yang diperbuat dari sebatang kelapa). Akhirnya si tua jatuh kedalam sungai dan dihanyutkan arus deras.

Termenung aku memikirkan Islam yang kini sedang meniti hari tuanya, apakah ia sama, dan realitinya memang sama, seakan si tua yang sedang menyeberangi sungai, terketar-ketar, kalau diherdik dari jauh mungkin akan melatah dan terhumban terus ke dalam sungai. Dek kerana nyanyuk tua, asyik mengharap dirinya dicintai walhal tak pernah mencintai, maka Islam cuma layak duduk menghabiskan masa bersembang di kedai kopi, sambil menghisap rokok daun.


Mata semakin kabur, pendengaran semakin sukar, disepak, diludah tak mampu melawan hanya mampu mencaci. Membebel sampai nak tersembul anak tekak. Sebelum Islam terus berkubur mati, harus disiapkan generasi baru dari Islam itu sendiri. Diajarkan bahwa semuanya akan mati, maka ketika masih kuat berdaya rahmatkan sekalian alam. Ajarkan tentang pentingnya mewujudkan rasa cinta pada Allah, pada alam pada sesama manusia, ajarkan tentang toleransi dan perdamaian.

An Nisa : 9-

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”